MAKALAH
TASAWUF
Diajukan Untuk
Memenuhi Tugas Individu
Pada Mata Kuliah “AKHLAK TASAWUF ”
Disusun oleh :
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ADAB
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
“SULTAN
MAULANA HASANUDIN” BANTEN
2011 M /
1432 H
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................... .... i
DAFTAR
ISI....................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN.............................................................................. .... 1
A. Latar Belakang.................................................................................. .... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. .... 1
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................... .... 2
A. Asal Usul Tasawuf............................................................................. .... 2
B. Tasawuf dan Seni............................................................................... .... 2
C. Tasawuf dan Ilmu Pengetahuan......................................................... .... 3
D. Tasawuf dan Pendidikan.................................................................... .... 4
BAB
III PENUTUP....................................................................................... .... 6
Kesimpulan............................................................................................. .... 6
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf merupakan sebuah wacana yang berkembang dalam
kajian Tasawuf belakangan ini. Tasawuf juga menghendaki manusia taat beribadah
kepada Allah, tetapi aktif pula dalam berbagai kegiatan duniawi, seperti seni,
ilmu pengetahuan, pendidikan dan lain-lain. Ini berarti bahwa Tasawuf tetap
mementingkan kehidupan Ukhrawi, tetapi tidak melupakan, apalagi menolak
kepentingan hidup duniawi.
Ringkasannya, Tasawuf merupakan Tasawuf yang bersikap
positif tehadap kehidupan Tasawuf yang bersikap positif terhadap kehidupan
duniawi, yang di buktikan dengan melibatkan diri dalam kegiatan duniawi. Juga
mempraktikan Tasawuf yang berdampak positif terhadap kehidupan pribadi,
keluarga dan masyarakat. Misalnya dengan bertasawuf hidup lebih sabar, sehat,
bahagia, etis dan sisi positif lainya dalam kehidupan duniawi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Tasawuf ?
2. Apa tujuan dari Tasawuf ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal Usul Tasawuf
Kata تَصَوَّفَ –
يَتَصَوَّفَ - تَصَوَّفًا
Yang di istilahkan dalam kaidah Bahasa Arab yang artinya menjadi atau
berpindah. Jadi lafal اَلتَّصَوَّفُ
Yang artinya menjadi berbulu yang banyak, dengan arti sebenarnya adalah menjadi
sufi yang ciri khas pakaiannya terbuat dari bulu Domba (Wol).
Tasawuf
adalah nama lain dari “Mistisisme dalam Islam”. Di kalangan oriantalis Barat
dikenal dengan sebutan “Sufisme”. Sufisme merupakan istilah khusus mistisme
Islam, sehingga kata sufisme tidak ada pada mistisme agama-agama lain
Tasawuf
adalah aspek ajaran Islam yang paling penting, karena peranan Tasawuf meupakan
jantung atau urat nadi pelaksanaan ajaran-ajaran Islam.
Tasawuf
bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan. Tasawuf
atau mistisme Islam adalah suau ilmu yang mempelajari suatu cara, bagaimana
seseorang dapat mudah berada di khadirat Allah SWT.
Dengan
demikian, nampak jelas bahwa Tasawuf sebagai Ilmu Agama, khusus berkaitan dengan aspek-aspek moral
serta tingkah laku yang merupakan substansi Islam.
B. Tasawuf dan Seni
Hubungan
Tasawuf dengan seni dapat di lihat pada
karya sastra, lukisan kaligrafi, dan musik kerohanian sufistik. Banyak ulama
dan intelektual Islam yang menulis pemikirannya dalam bentuk sajak, seperti
Jalaluddin Rumi, Umar Khayyam, Hamzah Fansuri, dan Muhammad Iqbal.
Hubungan
tasawuf dengan seni juga terlihat pada lukisan, khususnya lukisan kaligrafi.
Lukisan
kaligrafi muncul dengan corak yang sangat berbeda, tetapi mempunyai tujuan yang
sama, yaitu menyajikan semangat estetik bercorak religius dan sufistik. Lukisan
kaligrafi memberikan penikmatnya suasana meditatif (Tafakur) yang penuh, dan
pada saat yang sama menyajikan pesan pencerahan (Kasyf) kepada kalbu. Citra dan
suasana sufistik yang dihadirkan oleh lukisan-lukisan ini seolah olah lahir dan
mengalir dari lubuk yang digenangi ilham berlimpah dan mata hati yang tajam
pengelihatannya sebab telah memperoleh makrifat.
Hubungan
tasawuf dengan seni juga dapat di lihat pada musik kerohanian sufi. Penggunaan
musik dalam tasawuf ada hubungannya dengan tahapan tahapan perjalanan
kerohanian dalam ilmu suluk menuju kehampiran dengan yang satu. Tahapan ini
berjenjang secara vertikal dapat diringkas menadi 3 (Tiga) peringkat/ tahapan.
Pertama, Tahapan Penciutan
(Qabd), yaitu aspek aspek tertentu dari jiwa, seperti hawa nafsu,
diciutkan misalnya dengan zuhud atau keshalihan. Kedua,Tahapan Perluasan, aspek utama
jiwa diperluas kesadarannya sehingga seseorang mampu menerobos batas
pengelihatan normal dan mencapai kesadaran semesta (kesadaran kosmik). Ketiga,
Tahapan persatuan dan kebenaran, yang berarti mencapai tingkat fana’ dan
baqa’.
Dalam praktik sufi, penggunaan
musik berkaitan dengan upaya mencapai tahapan kedua dan ketiga dalam perjalanan
kerohanian.
Dalam tasawuf musik diperlukan
karena tasawuf merupakan jalan kerohanian. Setiap jalan keerohanian memerlukan
sarana yang sesuai dengan naluri dan fitrah manusia, seperti musik.
C. Tasawuf dan Ilmu Pengetahuan
Perkembangan
ilmu pengetahuan modern di satu sisi telah membawa kemajuan untuk kehidupan
manusia, tetapi disisi lain menimbulkan ancaman bagi kelangsungan hidup manusia
dimuka bumi.
Selama ini
perkembangan suatu asumsi bahwa pengetahuan itu bebas nilai, tetapi kenyataan
tadi menunjukan bahwa netralitas nilai ilmu pengetahuan tidak dapay
dipertahankan lagi.
Menurut
Jalaluddin Rahmat, etika harus dipertimbangakan dalam setiap tahap proses
ilmiah, yang meliputi pemilihan masalah ilmiah, keputusan ilmiah, dan penerapan
ilmiah (teknologi).
Proses
ilmiah dimulai ketika ilmuan menyeleksi fenomena alamiah untuk di telaah. Dalam penerapan
proses ilmiah, penerapan etika sangat jelas dalam ilmu terapan atau Teknlogi
Ketika
ilmuan berdebat tentang apakah kita mengambil teknologi canggih atau tepat guna
sebenarnya kita sedang melakukan pertimbangan nilai.
Dalam islam,
etika scara praktik diajarkan oleh tasawuf. Tasawuf mengajarkan bahwa perbuatan
manusia termasuk kegiatan proses ilmiah, di dorong oleh bisikan hati. Hati
harus di bersihkan dari hal hal yang
buruk, kemudian diisi dengan hal hal yang baik.
Ada 4 (Empat)
tahapan perbuatan hati, yaitu : Bisikan, Kecenderungan, Peyakinan Diri, dan
Niat. Allah mendorong manusia untuk berbuat baik dengan memberi pahala pada
setiap tahap prbuatan hati itu bila berkenaan dengan kebaikan. Allah tidak
menjatuhkan dosa pada setiap perbuatan hati bila berkaitan dengan keburukan.
D. Tasawuf dan Pendidikan
Ajaran
islam bisa di bagi 2 aspek, yaitu aspek eksoteris (Lahiriah) dan aspek Esoteris
(Batiniah). Dalam mengajarkan ibadah, seperti shalat lebih banyak di tentukan
tentang syarat, rukun dan hal-hal yang membatalkannya. Semua ini termasuk asek
eksoteris.
Aspek
eksoteris shalat, yaitu makna shalat kurang ditekankan. Padahal mengajarkan
makna shalat sangat penting untuk membentuk pribadi muslim yang baik. Aspek
esoteris dalam Islam di sebut Tasawuf. Pengajaran Tasawuf dilakukan secara
seimbang dengan aspek eksoteris Islam.
Menurut
Nurcholis Majid, mengajarkan Tasawuf harus di lakukan secara dini di Madrasah
di, mulai dari Ibtidaiyah, lalu Tsanawiyah, lalu Aliyah.
Namun
sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik pla jenjang lanjutan atas ini
segi-segi kognitif tentang Tasawuf harus sudah mulai deperkenalkan,karena itu
sebiknya mereka diperkenalkan dengan sejarah tumbuhdan berkembangnya Tasawuf.
Secara
garis besar perlu di perkenalkan kepada mereka adanya pemikiran-pemikiran
terkenal dalam Tasawuf, seperti Rabi’ah al-Adawiyah, muhyiddin Ibnu Arabi,
Jalaluddin Rumi, Abu Yazid al-Bisthami, Abu Hamid Al-Gazali, Husain bin Mansur
al-Hallaj, Dan lainnya.
Dengan
demikian, Tasawuf merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu di ajarkan di
Madrasah dan mata kuliah di perguruan tinggi Islam. Tidak saja untuk
mengembangkan kehidupan Agama yang komprehensif dan utuh, tetapi juga untuk
mengembangkan kehidupan masyarakat dan Bangsa yang bersih, sehat, dan maju,
inilah arti penting kaitan antara Tasawuf dengan pendidikan dalam Islam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tasawuf adalah suatu ilmu yang
mempelajari suatu cara, bagaimana seorang dapat mudah berada di hadirat Allah
Swt.
Tasawuf bertujuan untuk
memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari tuhan
Tasawuf dan kegiatan duniawi:
1. Tasawuf dan seni
Hubungan tasawuf dengan seni dapat dilihat pada karya sastra, lukisan
kaligrafi dan musik kerohaniam sufistik
2. Tasawuf dan ilmu pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan modern di satu sisi telah membawa kemajuan
untuk kehidupan manusia tetapi disisi lain enimbulkan ancaman bagi kelangsungan
hidup manusia dimuka bumi
3. Tasawuf dan pendidikan
Ajaran
islam bias dibagi dua aspek, yaitu aspek eksoteris (lahiriah) dan aspek
esoteric (batiniah). Pendidikan islam lebih menekankan aspek eksoteris dari
pada aspek esoteric
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada
Allah Swt. Sehinggga saya dapat menyelesaikan makalah ini shalawat seiring
salam kami hanturkan kepada Nabi Muhammad Saw. Kepada keluarganya, sahabatnya,
tabi’in-tabi’in dan kami selaku umatnya.
Makalah ini saya susun untuk
memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah “ akhlak tasawuf” yang berjudul
“tasawuf”
Terima kasih kepada akhlak
tasawuf yang telah membimbing dan terima kasih pula pada teman-teman yang telah
mendukung saya dalam penulisan makalah ini. Saya sadar dalam penulisan makalah
ini jauh dari kesempurnaan hal itu dikarnakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan saya. Oleh karena itu saya sangant mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami.
Akhir kata saya ucapakan terima
kasih dan mohon maaf apabila ada kesalah dalam makalah ini.
Serang,
November 2011
DAFTAR PUSTAKA
Musthofa, Akhlak tasawuf. CV. Pustaka Setia.
1997
Tebba, sudirman, Tasawuf Positif. Bogor:
Kencana. 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar