Rabu, 28 Maret 2012

ibnu sina


FILOSOFI MUSLIM
IBNU SINA (340 – 428)

BIOGRAFI  IBNU SINA
Nama lain Ibnu Sina adalah Abu Ali Al Husain Ibn Abdullah Ibnu Sina. Sieropa dia lebih dikenal dengan nama Uekenna, beliau lahir di sebuah desa Afsiana, didaerah Bukhara pada tahun 340 H, yang bertepatan dengan tahun 980 M. Kelahiran beliau ditengah masa yang sedang kacau, dimana kekuasaan Abassiyah mulai mundur dari negeri yang mula-mula berada dibawah kekuasaan nya kini mulai melepaskan diri dan untuk berdiri sendiri.dan kota baghdad sebagai pusat pemerintahannya dikuasai oleh golongan Bany Buawaih pada tahun 334 H, tahun 447 H .[1]
            Diantara daerah-daerah yang berdiri sendiri ialah Daulah Semani di Bukhara, dan diantara khalifah nya ialah Nuh Bin Mansur pada masanya yaitu tahun 340 H (980 M) disuatu tempat Afsyana didaerah Bukhara ia menghafal Al-Qu’ran dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu astronomi, sedangkan usianya baru sepuluh tahun, kemudian ia mempelajari matematika, fisika logika dan ilmu metafisika sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa Bin Yahya seorang masehi sebelum berumur 16 tahun ia sudah mahir dalam ilmu kedokteran, sampai-sampai banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Ia tidak hanya menguasai teori-teori kedokteran, tetapi juga melakukan praktek mengobati orang –orang sakit.
            Ia tidak pernah bosan membaca buku-buku filsafat, dan setiap kali menghadapi kesulitan, ia langsung memohomn kepada Tuhan untuk diberi petunjuk ternyata permohonnannya itu tidak pernah dikecewakan sering-sering ia tertidur karena kepayahan membaca.
            Ketika ia memcapai 17 tahun, Nuh Bin Nasai penguasa daerah Bukhara menderita sakit keras yang tidak dapat diobati oleh dokter-dokter pada masanya akan tetapi setelah Ibnu Sina mengobatinya sembuhlah dia sejak saat itu ia mengunjungi perpustakanan yang penuh dengan buku-buku yang suka dipahami yang kemudian dibacanya dengan penuh keasikan.
            karena suatu hal, perpustakaan itu terbakar, maka tuduhan orang ditimpahkan kepadanya bahwa ia sengaja membakarnya agar orang lain tidak bisa lagi mnagambil manfaat perpustakaan itu.
            Pada usia 22 tahun ayah Ibnu Sina meninggal dunia kemudian ia meninggalkan Bukhara menuju kejurjan, dan dari sini ia pergi ke Khawarajam. Di jurjuan ia megajar dan mengarang, tetapi tidak lama tinggal disana karena kekuasaan politiok. Sesudah itu ia berpindah-pindah dari satu negri kenegeri yang lain, dan akhirnya sampai di hamadsan oleh penguasa negeri ini yaitu Syamsudddaulah, ia diangkat menjadi menterinya beberapa kali ia sesudah ia dapat mengobati penyakit dideritanya, meskipun pada masa tersebut ia pernah pula dipenjarakan sesudah itu ia pergi keisfaha dan dari penguasa dari negeri ini ia mendapat sebutan baik serta berkali-kali diajak bepergian dan berperang.
            Selaman hidup Ibnu Sina dengan kesibukannya bekerja dan megarang penuh pula dengan kesibukan dan kesulitan dan boleh jadi keadaan ini telah mengakibatkan ia tertimpa penyakit dingin (cooling) yang tidak dapat diobati lagi, pada tahun 428 H(10370 ia meninggal dunia .

KARYA KARYA IBNU SINA
Ibnu Sina tidak pernah mengalami ketenangan dalam hidupnya dan usianya pun tidak panjang meskipun banyak kesibukan dalam urusan politik ia berhasil pula mengarang beberapa buku. Dan  karangan-karangan ibnu sina adalah
a)      Asy-Syifa, buku filsafat yang terpenting dan terbesar, buku ini terdiri dari atas empat bagian yaitu logika, fisika, matematika dam metafisika (ketuhanan) bebrapa naskah buku ini tersebar dibeberapa perpustakaan barat dan timur. Bagian ketuhanan dan fisika pernah di cetak dengan cetakan batu diteheran. Pada tahun 1956 lembaga keilmuan cekoslowaia dipraha menerbitkan pasal ke enam dari bagian fisika yang khusus mengenai ilmu jiwa. Terjemahan nya kedalam bahasa perancis dibawah penguasaan Jean Pacuch. Bagian logika diterbitkan dikairo pada tahun 1954 dengan judul Al-Burhan, dibawa penguasaan Dr. Abdurrahman Badawi
b)      An-Najat yang merupakan ringkasan buku Asyifa buku ini pernah diterbitkan bersama-sama dengan buku Al-Qanun, mengenai ilmu kedokteran pada tahun 1593 M di Roma pada tahun 1331 di mesir.
c)      AL-Isyarat wal-tanbihat buku terakhir dan yang paling baik, pernah diterbitkan dileiden pada tahun 1892 dan sebagian diterjemahkan kedalam bahasa perancis, kemudian diterbitkan lagi dikairo pada tahun 1947 dibawah pengawasan Dr, Sulaiman Dunia.
Naskah-naskahnya yang masih ada memuat bagian logika yang mengatakan bahwa isi buku tersebut mengenai tasawuf. Akan tetapi menurut Carlos Nallinao berisi fillsafat timur sebagai imbalan terhadap filsafat barat
d)     Al-Qanun (Canum Of Medicine) yang pernah diterjemahkan kedalam bahasa latin dan pernah menjadi buku standar untuk Universitas-Universitas di Eropa sampai akhir abad ke 17 M. Buku ini pernah diterbitkan di Roma da tahun 1593 M dan di India pada tahun 1323 H. Risalah-risalah lainnya kebanyakan dalam lapangan filsafat, etika logika, dan psikologi.[2]
Dan dalam al-Qanun fi al-thibb (canon of medicimne ) buku ini dianggap sebagai buku suci ilmu kedokteran dan dijadikan buku pegangan para mahasiswa kedokkteran eropa buku ynag disebut sebgai ensiklopedi kedokteran ini telah menguasai dunia ilmu pengobatan eropa selama kurang lebih 500 tahun. Qanuyn fi al-thibb bakan sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa seperti librani latin perancis spanyol, Italia dan sebagainya sejak zaman dinasti-han, di cina, buku ini menjadi buku standar kedoktearan cina dan Ibnu Sina juga menulis sebuah buku tentang penyakit saraf (neurasthenia) buku tersebut membahas sejumlah metode perbedahan yang menegaskan sejumlah metode pembedahan yang menegaskan perlunya luka di bersihkan (disinfection) agar steril. Proses ini disebut sterilisasi.[3]
Dan juga karya Ibnu Sina yang memberikan kesan bahwa problematika qada dan qadar membara dizamannya. anggapan terkuat menyatakan bahwa majelis-majelis kaum Ismailiyah dan propaganda fatimi tidak kehilangan kesempatan untuk membicarakn masalah iti sebagai pendukung atau penentang . Ibnu Sina mengatahui simpang siurnya problematika kebebasan kehendak ia menyimpulan bahwa rahasia qada dan qadar berdasarkan pada sejumlah premis, yang antara lain sistem alam, system pahala dan dosa plus pempositifan bahwa jiwa akan kembali. Akan tetapi ia akan menghadapi secara langsung dan terang-terangan inti problematika ini karena ia menerima bahawa manusia bener-bener mempunyai mempunyai kehendak.[4]

KONSEP
Konsep ilmu jiwa menurut Ibnu Sina
Pembahasan Ibnu Sina pada masalah jiwa tidak keluar dari aliran filsafatnya secara global makin dalam usaha ynag berkaitan dengan menghimpun, menyusuan mengkrompromikan atau menyeleksi dalam melakukan perpaduan isi mempunyai perpaduan tertentu isi miliki, tetapi juga mempunyai metode tersendiri didalam melakukan perpaduan itu, sehingga ia tetap memiliki karakteristik yang membedakan antara dirinya dengan para ahli lainya
            Ibnu Sina meski ia seorang dokter namun ia sadar bahwa penjelasan mengenai jiwa bukan tugas seorang dokter dan tidak masuk dalam al-Quran ia menjelaskan beberapa pernyataan-pernyataan yang bukan berkaitan dengan jiwa bebagai potensinya dimana ia para dokter dan filosofnya berbeda pendapat sehingga ia mengatakan bahwa masalah jiwa itu merupakan urusan para filosof.
            Pengaruh Ibnu Sina dalam soal ini kejiwaan ini tidak dapat diremehkan baik para dunia fikir Arab sejak abad 10 M sampai akhir abad 198 maupaun pada filsafat scholastic yahudi dan masehi terutama paada tokoh-tokohnya seperti : Gundisalaus, Guillaume, Albert, Yong Agung, St Thomas Aqunas, Roger Bacon Dan Duns Scotf, dan juga berhubungan erat dengan pemikiran Descartes tenang hakikat dan adanya jiwa.
            Masalah ilmu jiwa yang dihadapi Ibnu Sina menurut Ibnu Sina filsafat itu terbagi dalam ilmu teoritis dan ilmu praktis. Dalam ilmu teoritis adalah termasuk fisika matematika, dan ilmu teoritis dan metafisika sedang psikologi menurt Ibnu Sina pada dasarnya adalah studi posifistik eksperimental, kemudian ia membagi segi-segi kejiwaan kepada dua  yaitu:
1)      Segi fisika
Yang membicarakn tentang macam-macamnya jiwa pembagian kebaikan-kebaikan jiwa manusia, indra dan lain-lain serta pembahasan-pembahasan lain yang biasa termasuk dalam pengertian ilmu jiwa yang sebenarnya  
2)      Segi metafisika
Yang membicarakn tentang wujud dan hakikat pengertian jiwa badan dan keabadian jiwa khususnya yang mengenai dalil-dalil wujud jiwa yang pembuktian wujud jiwa ini Ibnu Sina mengedepankan 4 dalil yaitu
1.      Dalil psiko-fisik
2.      Dalil aku dan kesatuan fenomena kejiwaan
3.      Dalil kelangsungan (kontinuitas)
4.      Dalil manusia terbang atau manusia melayang-layang di udara[5]
Dan adapun pendapat tentang jiwa dan tubuh menurut aristoteles dan Ibnu Sina berpendapat bahwa ruh dan tubuh tercipta secara serentak dan terwujud disatu waktu yang sama.







DAFTAR PUSTAKA

Mustofa H.A Drs. 2004 “filsafat IslamBandung: CV Pustaka Setia
Poerwantana Drs Dan Ahmadi dan Rosali, M.A 1988 “Seluk Beluk IslamBandung: CV Rosada IKPI’
Murtaningsih Wahyu, 2008 “Biografi Para Ilmuan Muslim” : Yogyakarta :Insani Madani Anggota IKPI
Madkour ibrahim Dr, 1995 “Aliran Dan Teori Filsafat Islam”. Sinar Graffika Offset
Muthahhari Murthadha 2002 “Filsafat Hikmah Pengantar Pemikiran ShadraBandung: CV Mizan


[1] Mustofa H.A Drs. 2004 “filsafat IslamBandung: CV Pustaka Setia hal 188
[2] Poerwantana Drs Dan Ahmadi dan Rosali, M.A 1988 “Seluk Beluk IslamBandung: CV Rosada IKPI hal 144-146’
[3] Murtaningsih Wahyu, 2008 “Biografi Para Ilmuan Muslim” : Yogyakarta :Insani Madani Anggota IKPI hal 5
[4] Madkour ibrahim Dr, 1995 “Aliran Dan Teori Filsafat Islam”. Sinar Graffika Offset hal 231 dan 234
[5] Muthahhari Murthadha 2002 “Filsafat Hikmah Pengantar Pemikiran ShadraBandung: CV Mizan hal: 108

Tidak ada komentar:

Posting Komentar