Rabu, 28 Maret 2012

KEJUJURAN DALAM ETIKA BISNIS ISLAM


KEJUJURAN DALAM ETIKA BISNIS ISLAM

A.    Pengertian Kejujuran
Kejujuran dalam arti sempit adalah sesuainya ucapan lisan dengan kenyataan dan dalam pengertian yang lebih umum adalah seusainya lahir dan batin. Maka orang yang jujur bersama Allah dan bersama manusia adalah yang sesuai dengan lahir dan batinnya.
Adapun pengertian bisnis adalah bagian dari kegiatan ekonomi didalam bisnis pun dikenal istilah etika bisnis. Etika bisnis disebut juga dengan moral bisnis yang memberikan sandaran dan motivasi bisnis dari aspek penilaian baik dan buruk atau ide-ide tentang kebijakan, penghormatan, keadilan dan lain-lain.[1]
B.     Etika Bisnis dalam Islam
Kita berkecenderungan untuk lebih mengutamakan keuntungan finansial dan mengabaikan etika dalam praktek bisnis kita. Bila ini terus dilakukan, maka akan terjadi ketidakharmonisan dalam kehidupan kita. Para pelaku bisnis akan menjadi subyek-subyek yang saling merugikan dan menghancurkan satu dengan yang lainnya.
Agar kegiatan bisnis yang kita lakukan dapat berjalan harmonis dan menghasilkan kebaikan dalam kehidupan, maka kita harus menjadikan bisnis yang kita lakukan terwarnai dengan nilai-nilai etika. Salah satu sumber rujukan etika dalam bisnis adalah etika yang bersumber dari tokoh teladan agung manusia di dunia, yaitu Rasulullah SAW. Beliau telah memiliki banyak panduan etika untuk praktek bisnis kita, yaitu:
Pertama, kejujuran. Kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasu1lullah sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam tataran ini, beliau bersabda: “Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali Ia menjelaskan aibnya,” (H.R. Al-Quzwani). “Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami,” (H.R. Muslim). Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau melarang para pedagang meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan barang baru di bagian atas.
Kedua, menolong atau memberi manfaat kepada orang lain, kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang diajarkan bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis, bukan mencari untung material semata, tetap didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual barang.
Ketiga, tidak boleh menipu, takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan. Firman Allah: “Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (QS. Al-Muthaffifi: 112).
Keempat, tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain,” (H.R. Muttafaq ‘alaih).
Kelima, tidak menimbun barang. Ihtikar ialah menimbun barang (menumpuk dan menyimpan barang dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan keuntungan besar pun diperoleh). Rasulullah melarang keras perilaku bisnis semacam itu.
Keenam, tidak melakukan monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah melegitimasi monopoli dan oligopoli. Contoh yang sederhana adalah eksploitasi (penguasaan) individu tertentu atas hak milik sosial, seperti air, udara dan tanah dan kandungan isinya seperti barang tambang dan mineral. Individu tersebut mengeruk keuntungan secara pribadi, tanpa memberi kesempatan kepada orang lain. ini dilarang dalam Islam.
Ketujuh, komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dsb. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan patung-patung,” (H.R. Jabir).
Kedelapan, bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman,” (QS. al-Baqarah:: 278). Pelaku dan pemakan riba dinilai Allah sebagai orang yang kesetanan (QS. 2: 275). Oleh karena itu Allah dan Rasulnya mengumumkan perang terhadap riba.
Kesembilan, bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka-sama suka di antara kamu,” (QS. 4: 29).
Kesepuluh, membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya.” Hadis ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan.
Jadi kejujuran dalam etika bisnis Islam ini sangat penting sekali. Sebagaimana diterangkan juga dalam hadits[2] bahwa berbagai kebaikan dan pahala akan diberikan kepada orang yang jujur baik didunia maupun di akhirat. Ia akan dimasukkan ke dalam surge yang mendapat gelar yang sangat terhormat yaitu sidiq.[3]
Bahkan dalam al-Qur'an dinyatakan bahwa orang yang selain jujur dan menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertakwa dengan firman Allah.
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya mereka itulah orang-orang yang bertakwa.[4]
C.     Kejujuran adalah Kunci Kesuksesan
Dalam istilah bahasa inggris honestly is the best police.[5] Begitu pula dalam bisnis apapun bentuknya termasuk bisnis online, anda semua harus jujur, dikarenakan dengan kita jujur maka secara tidak langsung anda sudah membangun kepercayaan pasar. Memang sih jujur itu pahit rasanya sampai-sampai anda mungkin pernah tersakiti oleh kejujuran tersebut. Namun demikian anda teruslah jujur dalam melakukan bisnis anda, sehingga lambat laun pasar akan mengenal anda dalam hal kejujuran. Kalau sudah pasar yang mengenal anda dalam hal kejujuran maka anda akan cepat  menjadi kaya. Dikarenakan anda bisa dipercaya menjalankan bisnis yang anda geluti saat ini.


KESIMPULAN

-   Sekurang-kurang benar adalah benar Islam dan yang lebih umum darinya adalah benar bersama Allah secara lahir dan batin
-   Jujur adalah keselamatan, sekalipun yang berbicara menduga adanya keburukan
-   Kejujuran adalah syarat fundamental dalam kegiatan bisnis.


DAFTAR PUSTAKA

Sohari, Afif, A. Djalil, Syafi’i, Hadits Tematik, Jakarta: Diadit Media, 2006


[1] Wazin Baihaqi, Makalah MK Etika Bisnis Islam, hal.3
[2] Sohari, Hadits-Hadits Tematik, (Jakarta: Diadit Media, 2006), hal. 53
[3] Sidiq artinya orang yang sangat jujur dan benar
[4] Ibid, hal. 54
[5] Artinya kejujuran itu adalah politik yang paling baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar