Kamis, 22 Maret 2012

nuzul quran


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul kita Muhammad SAW., untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya Al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan penghuni bumi.
Turunnya Al-Qur’an pertama kali pada malam Lailatul Qadar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat akan kemuliaan umat Muhammad. Umat ini telah dimuliakan oleh Allah SWT., dengan risalah baru agar menjadi umat paling baik yang dikeluarkan bagi manusia. Turunnya Al-Qur’an yang kedua kali secara bertahap, berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya, sangat mengagetkan orang dan menimbulkan keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi mereka rahasia hikmah illahi yang ada dibalik itu.
Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini saya akan membahas tentang pengertian Al-Qur’an, hikmah diwahyukannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur, pengumpulan Al-Qur’an dan Rasm Al-Qur’an.

1.2  Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian Al-Qur’an ?
  2. Bagaimana pendapat para Ulama tentang pengertian Al-Qur’an ?
  3. Apa saja yang termasuk hikmah-hikmah Al-Qur’an ?
  4. Bagaimana Al-Qur’an diturunkan ?
  5. Bagaimana proses pengumpulan Al-Qur’an ?
  6. Apa pengertian Rasm Al-Qur’an ?



1.3  Tujuan
  1. Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengertian Al-Qur’an, Jam’ Al-Qur’an dan Rasm Al-Qur’an.
  2. Untuk mengetahui bagaimana proses turunnya Al-Qur’an.
  3. Untuk mengetahui bagaimana para pendapat ulama tentang Al-Qur’an.
  4. Untuk mengetahui apa saja hikmah diwahyukannya Al-Qur’an.
  5. Untuk mengetahui lebih jauh tentang Jam’ Al-Qur’an dan Rasm Al-Qur’an.

1.4  Metode Penulisan
Metode penulisan yang saya gunakan adalah metode kepustakaan, yaitu dengan cara mencari dan membaca buku-buku yang berkaitan dengan makalah yang saya buat

















BAB II 
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Qur’an
  1. Pengertian Etimologi (Bahasa)
Para ulama telah berbeda pendapat di dalam menjelaskan kata Al-Qur'an dari sisi: deviasi (isytiqaq), cara melafalkan (apakah memakai hamzah atau tidak), dan apakah ia merupakan kata sifat atau kata jadian. Para ulama yang mengatakan bahwa cara melafalkannya menggunakan hamzah pun telah terpecah menjadi dua pendapat:
a.       Sebagian dari mereka, diantaranya Al-Lihyani, berkata bahwa kata “Al-Qur'an” merupakan kata jadian dari kata dasar “qara’a” (memcaca) sebagaimana kata rujhan dan ghufran. Kata jadian ini kemudian dijadikan sebagai nama bagi firman Allah SWR., yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad SAW. Penamaan ini masuk kedalam kategori “tasmiyah al-maf’ul bi al-mashdar”. Mereka merujuk firman Allah pada surat Al-Qiyamah [75] ayat 17-18:

 
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.(17). Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.(18).”

b.      Sebagian dari mereka, diantaranya Al-Zujaj, menjelaskan bahwa kata “Al-Qur'an” merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar ”al-qar” (القرأ) yang artinya menghimpun. Kata sifat ini kemudian dijadikan nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., karena kitab itu menghimpun surat, ayat, kisah, perintah dan larangan. Atau karena kitab ini menghimpun intisari kitab-kitab suci sebelumnya.
Para ulama yang mengatakan bahwa cara melafalkan kata “Al-Qur'an” dengan tidak menggunakan hamzah pun terpecah menjadi dua kelompok, yaitu:
a.       Sebagian dari mereka, diantaranya adalah Al-Asy’ari, mengatakan bahwa kata Al-Qur'an diambil dari kata kerja “qarana” (menyertakan) karena Al-Qur'an menyertakan surat, ayat dan huruf-huruf.
b.      Al-Farra’ menjelaskan bahwa kata “Al-Qur'an” diambil dari kata dasar “qara’in” (penguat) karena Al-Qur'an terdiri dari ayat-ayat yang saling menguatkan dan terdapat kemiripan antara satu ayat dan ayat-ayat lainnya.
Pendapat lain bahwa Al-Qur'an sudah merupakan sebuah nama personal (al-‘alam asy-syakhsyi), bukan merupakan deviasi, bagi kitab yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Para ulama telah menjelaskan bahwa penamaan itu menunjukkan bahwa Al-Qur'an telah menghimpun intisari kitab-kitab Allah yang lain, bahkan seluruh ilmu yang ada. Hal itu sebagaimana telah diisyaratkan oleh firman oleh firman pada surat An-Nahl [16] ayat 89 dan surat Al-An’am [6] ayat 38.

  
“Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu“

   
“Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab”

  1. Pengertian Terminologi (istilahi) Al-Qur'an
a.       Menurut Manna’ Al-Qaththan: “Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., dan membacanya memperoleh pahala.
b.       Menurut Al-Jurjani: “Yang diturunkan kepada Rasulullah SAW., yang ditulis dalam mushaf dan yang diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.
c.       Menurut Abu Syahbah: “Kitab Allah yang diturunkan, baik lafazh mupun maknanya, kepada Nabi Muhammad SAW., yang diriwayatkan secara mutawatir, yakni dengan penuh kepastian dan keyakinan (akan kesesuaiannya dengan apa yang diturunkannya kepada Muhammad), yang ditulis pada mushaf mulai surat Al-Fatihah [1] sampai akhir surat An-Nas [114].
d.      Menurut kalangan pakar ushul fiqh, dan bahasa Arab: “Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabinya Muhammad, yang lafazh-lafazhnya mengandung mukjizat, membaca mempunyai nilai ibadah, diturunkan secara mutawatir dan ditulis pada mushaf mulai dari awal surat Al-Fatihah [1] sampai akhir surat An-Nas [114].

2.2 Hikmah Diwahyukannya Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur
Al-Qur'an diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi, sampai 9 Dzulhijah Haji Wada’ tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H. Proses turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW., adalah melalui tiga tahapan, yaitu :          
Pertama, Al-Qur'an secara sekaligus dari Allah ke lauh al-mahfuzh yaitu suatu tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah. Proses pertama ini diisyaratkan dalam QS. Al-Buruj (85) ayat 21-22:


 
“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia. Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.”  (QS. Al-Buruj (85) ayat 21-22)

Diisyaratkan pula oleh firman Allah surat Al-Waqi’ah (56) ayat 77-80:
 
“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. Pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh). Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Rabbil 'alamiin.” (QS. Al-Buruj (85) ayat 21-22)
Tahap Kedua, Al-Qur'an diturunkan dari lauh al-mahfuzh ke bait al-izzah (tempat yang berada di langit dunia). Proses kedua ini diisyaratkan Allah dalam surat Al-Qadar [97] ayat 1:
  
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al-Qadar [97] ayat 1)

Juga diisyaratkan dalam QS. Adalah-Dukhan [44] ayat 3:
 
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Al-Qadar [97] ayat 1)
Tahap Ketiga, Al-Qur'an diturunkan dari bait al-Izzah ke dalam hati Nabi dengan jalan berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Ada kalanya satu ayat, dua ayat dan bahkan kadang-kadang satu surat. Mengenai proses turun dalam tahap ketiga diisyaratkan dalam QS. Asy-Syu’ara’ [26] ayat 193-195:
 
“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril). Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang jelas.”  (QS. Asy-Syu’ara’ [26] ayat 193-195)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar