FILOSOFI MUSLIM
IBNU SINA (340 – 428)
BIOGRAFI IBNU SINA
Nama lain Ibnu Sina adalah Abu Ali Al Husain Ibn Abdullah Ibnu Sina.
Sieropa dia lebih dikenal dengan nama Uekenna, beliau lahir di sebuah desa Afsiana,
didaerah Bukhara pada tahun 340 H, yang bertepatan dengan tahun 980 M. Kelahiran
beliau ditengah masa yang sedang kacau, dimana kekuasaan Abassiyah mulai mundur
dari negeri yang mula-mula berada dibawah kekuasaan nya kini mulai melepaskan
diri dan untuk berdiri sendiri.dan kota baghdad sebagai pusat pemerintahannya
dikuasai oleh golongan Bany Buawaih pada tahun 334 H, tahun 447 H .[1]
Diantara daerah-daerah yang berdiri
sendiri ialah Daulah Semani di Bukhara, dan diantara khalifah nya ialah Nuh Bin
Mansur pada masanya yaitu tahun 340 H (980 M) disuatu tempat Afsyana didaerah Bukhara
ia menghafal Al-Qu’ran dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu astronomi,
sedangkan usianya baru sepuluh tahun, kemudian ia mempelajari matematika,
fisika logika dan ilmu metafisika sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran
pada Isa Bin Yahya seorang masehi sebelum berumur 16 tahun ia sudah mahir dalam
ilmu kedokteran, sampai-sampai banyak orang yang berdatangan untuk berguru
kepadanya. Ia tidak hanya menguasai teori-teori kedokteran, tetapi juga melakukan
praktek mengobati orang –orang sakit.
Ia tidak pernah bosan membaca buku-buku
filsafat, dan setiap kali menghadapi kesulitan, ia langsung memohomn kepada
Tuhan untuk diberi petunjuk ternyata permohonnannya itu tidak pernah
dikecewakan sering-sering ia tertidur karena kepayahan membaca.
Ketika ia memcapai 17 tahun, Nuh Bin
Nasai penguasa daerah Bukhara menderita sakit keras yang tidak dapat diobati
oleh dokter-dokter pada masanya akan tetapi setelah Ibnu Sina mengobatinya
sembuhlah dia sejak saat itu ia mengunjungi perpustakanan yang penuh dengan
buku-buku yang suka dipahami yang kemudian dibacanya dengan penuh keasikan.
karena suatu hal, perpustakaan itu
terbakar, maka tuduhan orang ditimpahkan kepadanya bahwa ia sengaja membakarnya
agar orang lain tidak bisa lagi mnagambil manfaat perpustakaan itu.
Pada usia 22 tahun ayah Ibnu Sina meninggal
dunia kemudian ia meninggalkan Bukhara
menuju kejurjan, dan dari sini ia pergi ke Khawarajam. Di jurjuan ia megajar dan
mengarang, tetapi tidak lama tinggal disana karena kekuasaan politiok. Sesudah
itu ia berpindah-pindah dari satu negri kenegeri yang lain, dan akhirnya sampai
di hamadsan oleh penguasa negeri ini yaitu Syamsudddaulah, ia diangkat menjadi
menterinya beberapa kali ia sesudah ia dapat mengobati penyakit dideritanya,
meskipun pada masa tersebut ia pernah pula dipenjarakan sesudah itu ia pergi
keisfaha dan dari penguasa dari negeri ini ia mendapat sebutan baik serta berkali-kali
diajak bepergian dan berperang.
Selaman hidup Ibnu Sina dengan
kesibukannya bekerja dan megarang penuh pula dengan kesibukan dan kesulitan dan
boleh jadi keadaan ini telah mengakibatkan ia tertimpa penyakit dingin
(cooling) yang tidak dapat diobati lagi, pada tahun 428 H(10370 ia meninggal
dunia .
KARYA KARYA IBNU
SINA
Ibnu Sina tidak pernah mengalami ketenangan dalam hidupnya dan usianya
pun tidak panjang meskipun banyak kesibukan dalam urusan politik ia berhasil
pula mengarang beberapa buku. Dan karangan-karangan ibnu sina adalah
a)
Asy-Syifa, buku filsafat yang
terpenting dan terbesar, buku ini terdiri dari atas empat bagian yaitu logika,
fisika, matematika dam metafisika (ketuhanan) bebrapa naskah buku ini tersebar
dibeberapa perpustakaan barat dan timur. Bagian ketuhanan dan fisika pernah di
cetak dengan cetakan batu diteheran. Pada tahun 1956 lembaga keilmuan
cekoslowaia dipraha menerbitkan pasal ke enam dari bagian fisika yang khusus
mengenai ilmu jiwa. Terjemahan nya kedalam bahasa perancis dibawah penguasaan Jean
Pacuch. Bagian logika diterbitkan dikairo pada tahun 1954 dengan judul Al-Burhan,
dibawa penguasaan Dr. Abdurrahman Badawi
b)
An-Najat yang merupakan
ringkasan buku Asyifa buku ini pernah diterbitkan bersama-sama dengan buku
Al-Qanun, mengenai ilmu kedokteran pada tahun 1593 M di Roma pada tahun 1331 di
mesir.
c)
AL-Isyarat wal-tanbihat
buku terakhir dan yang paling baik, pernah diterbitkan dileiden pada tahun 1892
dan sebagian diterjemahkan kedalam bahasa perancis, kemudian diterbitkan lagi
dikairo pada tahun 1947 dibawah pengawasan Dr, Sulaiman Dunia.
Naskah-naskahnya yang masih ada memuat bagian logika yang mengatakan bahwa
isi buku tersebut mengenai tasawuf. Akan tetapi menurut Carlos Nallinao berisi
fillsafat timur sebagai imbalan terhadap filsafat barat
d)
Al-Qanun (Canum Of
Medicine) yang pernah diterjemahkan kedalam bahasa latin dan pernah menjadi buku
standar untuk Universitas-Universitas di Eropa sampai akhir abad ke 17 M. Buku
ini pernah diterbitkan di Roma da tahun 1593 M dan di India pada tahun 1323 H.
Risalah-risalah lainnya kebanyakan dalam lapangan filsafat, etika logika, dan
psikologi.[2]
Dan dalam al-Qanun fi al-thibb (canon of medicimne ) buku ini dianggap
sebagai buku suci ilmu kedokteran dan dijadikan buku pegangan para mahasiswa
kedokkteran eropa buku ynag disebut sebgai ensiklopedi kedokteran ini telah
menguasai dunia ilmu pengobatan eropa selama kurang lebih 500 tahun. Qanuyn fi
al-thibb bakan sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa seperti librani latin
perancis spanyol, Italia dan sebagainya sejak zaman dinasti-han, di cina, buku
ini menjadi buku standar kedoktearan cina dan Ibnu Sina juga menulis sebuah
buku tentang penyakit saraf (neurasthenia) buku tersebut membahas sejumlah
metode perbedahan yang menegaskan sejumlah metode pembedahan yang menegaskan
perlunya luka di bersihkan (disinfection) agar steril. Proses ini disebut
sterilisasi.[3]
Dan juga karya Ibnu Sina yang memberikan kesan bahwa problematika qada
dan qadar membara dizamannya. anggapan terkuat menyatakan bahwa majelis-majelis
kaum Ismailiyah dan propaganda fatimi tidak kehilangan kesempatan untuk
membicarakn masalah iti sebagai pendukung atau penentang . Ibnu Sina mengatahui
simpang siurnya problematika kebebasan kehendak ia menyimpulan bahwa rahasia
qada dan qadar berdasarkan pada sejumlah premis, yang antara lain sistem alam,
system pahala dan dosa plus pempositifan bahwa jiwa akan kembali. Akan tetapi
ia akan menghadapi secara langsung dan terang-terangan inti problematika ini
karena ia menerima bahawa manusia bener-bener mempunyai mempunyai kehendak.[4]
KONSEP
Konsep ilmu jiwa
menurut Ibnu Sina
Pembahasan Ibnu Sina pada masalah jiwa tidak keluar dari aliran
filsafatnya secara global makin dalam usaha ynag berkaitan dengan menghimpun,
menyusuan mengkrompromikan atau menyeleksi dalam melakukan perpaduan isi
mempunyai perpaduan tertentu isi miliki, tetapi juga mempunyai metode
tersendiri didalam melakukan perpaduan itu, sehingga ia tetap memiliki
karakteristik yang membedakan antara dirinya dengan para ahli lainya
Ibnu Sina meski ia seorang dokter
namun ia sadar bahwa penjelasan mengenai jiwa bukan tugas seorang dokter dan
tidak masuk dalam al-Quran ia menjelaskan beberapa pernyataan-pernyataan yang bukan
berkaitan dengan jiwa bebagai potensinya dimana ia para dokter dan filosofnya
berbeda pendapat sehingga ia mengatakan bahwa masalah jiwa itu merupakan urusan
para filosof.
Pengaruh Ibnu Sina dalam soal ini
kejiwaan ini tidak dapat diremehkan baik para dunia fikir Arab sejak abad 10 M
sampai akhir abad 198 maupaun pada filsafat scholastic yahudi dan masehi
terutama paada tokoh-tokohnya seperti : Gundisalaus, Guillaume, Albert, Yong
Agung, St Thomas Aqunas, Roger Bacon Dan Duns Scotf, dan juga berhubungan erat
dengan pemikiran Descartes tenang hakikat dan adanya jiwa.
Masalah ilmu jiwa yang dihadapi Ibnu
Sina menurut Ibnu Sina filsafat itu terbagi dalam ilmu teoritis dan ilmu
praktis. Dalam ilmu teoritis adalah termasuk fisika matematika, dan ilmu
teoritis dan metafisika sedang psikologi menurt Ibnu Sina pada dasarnya adalah
studi posifistik eksperimental, kemudian ia membagi segi-segi kejiwaan kepada
dua yaitu:
1)
Segi fisika
Yang membicarakn tentang macam-macamnya jiwa pembagian kebaikan-kebaikan
jiwa manusia, indra dan lain-lain serta pembahasan-pembahasan lain yang biasa
termasuk dalam pengertian ilmu jiwa yang sebenarnya
2)
Segi metafisika
Yang membicarakn tentang wujud dan hakikat pengertian jiwa badan dan
keabadian jiwa khususnya yang mengenai dalil-dalil wujud jiwa yang pembuktian
wujud jiwa ini Ibnu Sina mengedepankan 4 dalil yaitu
1.
Dalil psiko-fisik
2.
Dalil aku dan kesatuan fenomena kejiwaan
3.
Dalil kelangsungan (kontinuitas)
Dan adapun pendapat tentang jiwa dan tubuh menurut aristoteles dan Ibnu
Sina berpendapat bahwa ruh dan tubuh tercipta secara serentak dan terwujud disatu
waktu yang sama.
DAFTAR
PUSTAKA
Mustofa H.A
Drs. 2004 “filsafat Islam” Bandung :
CV Pustaka Setia
Poerwantana Drs Dan
Ahmadi dan Rosali, M.A 1988 “Seluk Beluk Islam” Bandung : CV Rosada IKPI’
Murtaningsih Wahyu,
2008 “Biografi Para Ilmuan Muslim” : Yogyakarta
:Insani Madani Anggota IKPI
Madkour ibrahim Dr,
1995 “Aliran Dan Teori Filsafat Islam”. Sinar Graffika Offset
Muthahhari Murthadha
2002 “Filsafat Hikmah Pengantar Pemikiran Shadra” Bandung : CV Mizan
[1] Mustofa H.A Drs. 2004 “filsafat Islam” Bandung : CV Pustaka Setia
hal 188
[2] Poerwantana Drs Dan Ahmadi dan Rosali, M.A 1988 “Seluk
Beluk Islam” Bandung :
CV Rosada IKPI hal 144-146’
[3] Murtaningsih Wahyu, 2008 “Biografi Para Ilmuan
Muslim” : Yogyakarta :Insani Madani
Anggota IKPI hal 5
[4]
Madkour ibrahim Dr, 1995 “Aliran Dan Teori
Filsafat Islam”. Sinar Graffika Offset hal 231 dan 234
[5] Muthahhari Murthadha 2002 “Filsafat Hikmah
Pengantar Pemikiran Shadra” Bandung :
CV Mizan hal: 108
Tidak ada komentar:
Posting Komentar